Istilah Kedokteran dalam Mental Health
Gangguan Mental Organik (GMO): gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri. GMO dapat disebabkan oleh berbagai penyakit neuro-degeneratif, termasuk Parkinson, Alzheimer, dan Huntington.
Gangguan Astenik Organik: gangguan yang ditandai oleh labilitas atau tidak terkendalinya emosi yang nyata dan menetap, kelelahan, atau berbagai sensasi fisik yang tidak nyaman dan nyeri, sebagian akibat adanya gangguan organik (sering terjadi dalam hubungan dengan penyakit serebrovaskuler atau hipertensi).
Gangguan Kecemasan Organik: gangguan yang ditandai dengan gambaran umum dari gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan panik, atau campuran dari keduanya, tetapi timbul sebagai akibat dari gangguan organic yang dapat menyebabkan disfungsi otak (seperti epilepsi lobus temporalis, tirosikosis, atau feokromasitoma).
Intoksikasi akut: suatu kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan alkohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi dan respon psikofisiologis lainnya.
Skizofrenia hebrefrenik: perilaku yang khas, regresi, primitif, afek tidak sesuai dengan karakteristik umumnya, wajah dungu, tertawa aneh-aneh, menangis, dan menarik diri secara ekstrem.
Elasi: keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan suasana perasaan atau suasana hati.
Gangguan Afektif: suatu kelainan yang ditandai dengan perubahan suasana hati/perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi (dengan atau tanpa anxiety yang menyertainya), atau kearah elasi.
Siklotimia: suatu keadaan yang ditandai dengan kondisi ketidakstabilan menetap dari afek (suasana hati), yang juga meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania ringan.
Distimia: salah satu gangguan afek menetap yang ditandai dengan afek depresi yang berlangsung pada periode yang sangat lama yang jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif berulang yang biasanya dimulai sejak awal masa dewasa dan berlangsung sekurang-kurangnya beberapa tahun.
Electroconvulsive Therapy: salah satu treatment yang digunakan untuk mengatasi pasien gangguan jiwa yang dengan kejang yang diinduksi pada otak yang selanjutnya akan mempengaruhi perubahan mood.
Seklusi: suatu tindakan yang kerap dilakukan pada pasien gangguan jiwa dengan memasukan pasien ke ruangan tertentu, dikurung dan dikurangi kebebasannya dengan tujuan untuk mengontrol perilaku pasien agar tidak merugikan orang lain.
Sirkumtansial: suatu kondisi yang kerap kali terjadi pada pasien gangguan jiwa yang ditandai dengan pembicaraan yang berbelit belit, akan tetapi maksud atau tujuan dari pembicaraan tersebut dapat tercapai.
Tangensial: suatu kondisi yang kerap kali terjadi pada pasien gangguan jiwa yang ditandai dengan pembicaraan yang berbelit belit dan maksud atau tujuan dari pembicaraan tersebut tidak tercapai.
Depersonalisasi: perasaan dari pasien gangguan jiwa yang asing terhadap dirinya sendiri, orang orang disekitarnya, maupun lingkungannya.
Nihilistik: kondisi pada pasien gangguan jiwa yang merasa atau meyakini bahwa dirinya sudah meninggal dunia dan dikatakan secara berulang ulang, akan tetapi tidak sesuai dengan penyataannya.
Diazepam: benzodiazepine yang umumnya digunakan sebagai obat untuk gangguan kecemasan, detoksifikasi alkohol, kejang otot kronis, kejang berulang akut, dan spastisias terkait gangguan neurologis.
Dyssomnia: kondisi psikogenik primer yang ditandai dengan gangguan utama berupa gangguan pada jumlah, kualitas atau waktu tidur yang disebabkan oleh beberapa hal emosional, seperti hypersomnia, gangguan jadwal tidur-jaga, dan sebagainya.
Parasomnia: peristiwa epidosik abnormal yang terjadi selama tidur (pada anak anak sering dikaitkan dengan perkembangan, sedangkan pada orang dewasa, hal ini adalah pengaruh psikogenik), seperti somnabulisme (sleepwalking), teror tidur, dan mimpi buruk (nightmares).
Retardasi mental: suatu kondisi perkembangan jiwa yang tidak lengkap atau terhenti, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.
Delirium: suatu sindrome yang ditandai dengan gangguan kesadaran dan kognisi yang terjadi secara akut dan berfluktuasi.
Depresi: penyakit medis yang umum dan serius yang secara negatif memengaruhi perasaan, cara berpikir, dan tindakan penderitanya.
Delusi: keyakinan salah yang didasarkan pada interpretasi yang salah tentang realita.
Autistic Spectrum Disorder (ASD): kelainan perkembangan yang dapat menyebabkan tantangan sosial, komunikasi, dan perilaku yang signifikan.
Cognitive Behavioral Therapy (CBT): bentuk perawatan psikologis yang telah terbukti efektif untuk berbagai masalah termasuk depresi, gangguan kecemasan, masalah penggunaan alkohol dan narkoba, masalah perkawinan, gangguan makan, dan penyakit mental yang parah.
Hiperaktivitas: kondisi seseorang dinyatakan dalam keadaan kegelisahan yang berlebihan dalam situasi/suasana/keadaan yang menuntut keadaan relatif tenang.
Gangguan “TIC”: gerakan motorik yang biasanya terjadi pada suatu otot tertentu saja yang bergerak di luar kendali, berlangsung cepat, berulang ulang, tidak berirama, ataupun suatu hasil vokal yang timbul mendadak dan tidak ada tujuannya yang nyata. Ciri khasnya adalah gerakan cepat, mendadak, tanpa disertai gangguan saraf.
Pedofilia: suatu gangguan preferensi seksual dimana penderita mengalami preferensi seksual terhadap anak anak, biasanya pra-pubertas atau awal masa pubertas, baik laki laki maupun perempuan.
Dissociative Amnesia: kelainan dimana pemderita tidak mampu mengingat informasi autobiografik penting, biasanya bersifat traumatis atau stres yang cenderung berbeda dengan lupa biasa.
Factitious Disorder: kondisi dimana individu melakukan peniruan secara fisik maupun psikis dengan menunjukan kepada orang lain bahwa dirinya sedang sakit, cacat, atau terluka.
Enuresis: kelainan dimana seseorang buang air kecil berulang kali ke tempat tidur atau pakaian, baik disengaja atau disengaja.
Encopresis: kelainan dimana seseorang buang air besar berulang kali pada tempat yang tidak sesuai (seperti pakaian atau lantai) baik disengaja atau disengaja. Intellectual Developmental Disorder: kelainan berupa kurangnya fungsi intelektual seperti pemberian alasan, pemecahan masalah, perencanaan, pemikiran, penilaian, pembelajaran akademik dan pembelajaran dari pengalaman, yang telah diuji dengan penilaian klinis dan pengujian kecerdasan terstandardisasi.
Bipolar Disorder: gangguan mental yang menyebabkan perubahan suasana hati, energi, tingkat aktivitas, konsentrasi, dan kemampuan yang tidak biasa untuk melakukan tugas sehari-hari.
Borderline Personality Disorder (BPD): suatu kondisi yang ditandai dengan kesulitan mengatur emosi dimana penderitanya merasakan emosi secara intens dalam waktu yang lama dan lebih sulit bagi mereka untuk kembali ke kondisi awal yang stabil setelah adanya peristiwa yang memicu emosi.
Antisocial Personality Disorder (ASPD): gangguan yang ditandai dengan pola perilaku yang tidak bertanggung jawab secara sosial, eksploitatif, dan perasaan tidak bersalah. Paranoia: suatu kondisi dimana penderitanya akan berpikir dan merasa seperti sedang terancam meskipun tidak ada bukti atau sangat sedikit bukti bahwa mereka benar-benar berada dalam kondisi terancam.
Obsessive-Compulsive Disorder (OCD): gangguan obsesif kompulsif (OCD) adalah gangguan kecemasan yang ditandai dengan pikiran mengganggu yang menghasilkan kegelisahan, ketakutan atau kekhawatiran, dengan perilaku berulang yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan terkait, atau dengan kombinasi dari obsesi dan kompulsi semacam itu. Gejala gangguan ini termasuk mencuci atau membersihkan berlebihan; pemeriksaan berulang; penimbunan yang ekstrim; keasyikan dengan pikiran seksual, kekerasan atau agama; obsesi terkait hubungan; keengganan pada nomor tertentu; dan ritual gugup, seperti membuka dan menutup pintu beberapa kali sebelum memasuki atau meninggalkan ruangan. Gejala-gejala ini dapat mengasingkan dan memakan waktu, dan sering kali menyebabkan tekanan emosional dan finansial yang parah. Tindakan penderita OCD mungkin tampak paranoid dan berpotensi psikotik. Namun, penderita OCD umumnya menyadari obsesi dan kompulsi mereka sebagai hal yang tidak rasional, dan mungkin menjadi lebih tertekan dengan kesadaran ini.
Bell’s Palsy: kelemahan wajah dengan tipe lower motor neuron yang disebabkan oleh keterlibatan saraf fasialis idiopatik di luar sistem saraf pusat, tanpa adanya penyakit neurologik lainnya.
Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD): gangguan jiwa kronik yang diwujudkan dalam bentuk rasa takut terhadap peristiwa traumatis tertentu, perasaan dihantui, perasaan seolah-olah peristiwa traumatis tersebut masih berlangsung dan mengalami kembali peristiwa traumatis tertentu. Namun, kejadian traumatis semacam itu sudah terjadi berbulan-bulan atau bertahun-tahun yang lalu. PTSD ditandai dengan perkembangan cluster gejala setelah terpapar oleh peristiwa kehidupan traumatis. PTSD sering dikaitkan dengan penyakit penyerta kejiwaan dan penurunan kualitas hidup, dan perjalanannya biasanya kronis dan bertahan seumur hidup jika tidak dikelola dengan baik. Pasien yang menderita PTSD tampaknya memiliki kualitas hidup yang lebih rendah. Ada penelitian yang melaporkan bahwa pasien PTSD pada rawat inap darurat dilaporkan memiliki kualitas hidup yang lebih rendah, dibandingkan dengan pasien non-PTSD.
Social Anxiety Disorder (SAD): kecemasan yang timbul saat situasi atau keadaan sosial tertentu tanpa adanya ancaman nyata pada situasi tersebut. Secara umum kecemasan merupakan hal yang normal, akan tetapi pada penderita SAD kecemasan terjadi secara berlebihan dan mempengaruhi fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Gangguan tersebut membawa konsekuensi negatif pada hubungan sosial dan performa di sekolah ataupun tempat kerja.
Anorexia Nervosa: penyakit kejiwaan serius yang didefinisikan sebagai penolakan untuk mempertahankan berat badan minimal normal, ketakutan yang intens akan kenaikan berat badan atau menjadi gemuk, gangguan kognitif mengenai berat badan dan bentuk tubuh seseorang, dan amenore pada wanita pascamenarke.
Psikoterapi: suatu bentuk perawatan psikiatri yang melibatkan percakapan terapeutik dan interaksi antara terapis dan anak atau keluarga.
Self-harm: istilah yang lebih luas yang merujuk pada keracunan atau cedera yang dilakukan sendiri secara sengaja, yang mungkin memiliki maksud atau hasil yang fatal atau tidak.
Recovery: proses perubahan di mana individu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraannya, menjalani kehidupan mandiri, dan berusaha untuk mencapai potensi penuh mereka.
Multiple Sclerosis (MS): penyakit demielinasi dan neurodegeneratif progresif dari sistem saraf pusat (SSP) yang secara bertahap menyebabkan defisit neurologis yang parah. Kekurangan mielin memperlambat konduksi potensial aksi, sehingga MS dapat menyebabkan gangguan kinerja yang memiliki efek merusak pada perilaku pederita. MS biasanya melibatkan perkembangan gejala neurologis dan defisit perilaku yang lebih atau kurang progresif.
Peer Support Services: layanan yang dirancang dan diberikan oleh individu yang pernah mengalami gangguan mental atau penggunaan narkoba dan sedang dalam pemulihan. Ini juga termasuk layanan dan diberikan oleh anggota keluarga dari mereka yang sedang dalam pemulihan.
Psychological First Aid (PFA): respons yang manusiawi dan suportif terhadap sesama manusia yang menderita dan mungkin membutuhkan dukungan. Ini memerlukan perawatan pragmatis dasar dan non-intrusif dengan fokus pada mendengarkan tetapi tidak memaksakan pembicaraan, menilai kebutuhan dan kekhawatiran, memastikan bahwa kebutuhan dasar terpenuhi, mendorong dukungan sosial dari orang-orang terdekat dan melindungi dari bahaya lebih lanjut.
Suicidal Behaviour: serangkaian perilaku yang mencakup berpikir tentang bunuh diri (atau ide), merencanakan bunuh diri, mencoba bunuh diri, dan bunuh diri itu sendiri.
Stigma: tanda pembeda yang menetapkan demarkasi antara orang yang distigmatisasi dan orang lain yang mengaitkan karakteristik negatif dengan orang tersebut. Stigma yang melekat pada penyakit mental seringkali mengarah pada pengucilan sosial dan diskriminasi serta menimbulkan beban tambahan bagi individu yang terkena.
Kleptomania: kegagalan berulang untuk menahan dorongan untuk mencuri objek yang tidak diperlukan untuk penggunaan pribadi atau nilai moneternya.
Komentar
Posting Komentar